PRANJI adalah nama sebuah bukit di sebelah utara kabupaten kebumen. Termasuk wilayah kedaulatan kecamatan pejagoan.
Ini adalah sebuahbukit dengan pemandangan yang sangat indah, terutama saat sun rise. Puncak bukit ini memiliki tebing batu fertikal yang cukup tinggi disebelah timur sehingga sehingga sunrise di bukit ini sangat indah. Dari tebing ini pula kita dapat melihat landscape sebagian
Saat senja menjelang bintang-bintang tak hanya terlihat diatas namun juga dibawah. Tentu saja itu bukan bintang yang sbenarnya, lampu-lampu desa yang tak banyak, tapi cukup indah.
Selain pemandangannya yang indah bukit ini sanagt terjangkau, terjangkau maksudanya tentu saja bukan murah tetapi untuk mencapai puncaknya sangat mudah. Jika kita naik motor, kita dapat mengendarai motor kita hingga + 100 meter sebelum puncak. Titipkan saja sepeda motor kita ditempat pak lurah (mungkin sekarang sudah tak jadi lurah lagi) yang memang berada tepat sebelum jalan curam menanjak dimana sepeda motor biasa bisa melaluinya.
Jika kita tidak naik kendaraan sendiri, kita bisa naik angkutan
Turun saja dijembatan desa pengaringan. Disitu kita baru jalan kaki hingga puncak bukit. 1,5-2 jam dibutuhkan untuk berjalan hingga puncak, sedikit rasa lelah akan terbayar lunas (bahkan jujul) oleh keindahan puncak bukit ini. Jalan saja menyusuri jalan setapak yang telah dicor. Jika anda menemui perempatan dimana bediri sebuah masjid disitu, lurus saja. Nah untuk mencapai puncak bukit Pranji, tidak ada tanda yang jelas. Dibutuhkan pengalaman untuk mengetahui jalan menuju puncak.
Konon katanya suatu ketika ada beberapa orang pemuda hendak menginap dipuncak bukit, namun, disebuah pohon dipuncak bukit tinggalah seekor ratu lebah atau tawon lengkap dengan pekerja dan kerajaannya. Penduduk sekitar menamai jenis lebah yang satu ini dengan nama tawon gung. Kembali ke kisah tadi, entah apa yang terjadi para pemuda itu diserang oleh lebah–lebah itu. Bebrapa diantara mereka berlarian turun dari bukit. Naas, ada seseorang yang terjatuh sebelum sampai tempat yang aman. Pemuda yang berhasil turun sampai bawah pun telah penuh dengan sengat lebah. Kata seorang penduduk disana bekas sengatan lebah tersebiut merata dipunggung pemuda itu , seperti ampas kelapa. Nah pemuda
Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut, ada nasehat yang cukup bijak untuk tidak sembrono dimanapun tempat kita berada, bukan bermaksud untuk berbuat syirik dan percaya dengan hal-hal yang klenik. Namun, kita harus menjaga ketertiban agar tidak mengganggu penduduk sekitar. Toh puncak bukit itu sangat dekat dengan pemukiman warga, bukan ditengah hutan belantara, jadi tidak sepatutnya kita untuk berbuat gaduh.